Bailungku ditinggal sendirian di pulau terpencil sebagai akibat rasa iri dari para pembesar yang begitu berambisi untuk menjadi raja. Syahdan, di Banggai para pemuka adat sudah menunggu kedatangan para pembesar yang pergi ke Ternate dan mempersiapkan segala sesuatu untuk upacara penobatan menjadi raja. Tetaoi apa yang terjadi? Sebelum rombongan tersebut datang, Bailungku sudah datang lebih dulu diantar seekor ikan yang biasa disebut Bakadut. Tuhan Maha Adil, atas kuasa-Nyalah ada seekor ikan besar menolong Bailungku dan membawanya pulang sebelum orang-orang yang mau mencelakakan dia datang. Karena kepercayaan tersebut, sampai sekarang penduduk di Desa Sambiut tidak ada yang mau memakan ikan Bakadut, karena ikan tersebut amat berjasa kepada nenek moyang mereka. Kepada para pemuka adat tersebut, Bailungku menceritakan apa yang terjadi di ternate. Bagaimana pula sikap para pembesar yang sengaja memperdaya dia agar dia celaka. Salah satu dari pemuka adat tersebut kemudian menyuruh Bailungku bersembunyi di suatu tempat, agar para pembesar yang datang nanti tidak melihat kedatangannya, yang mereka sangka masih tertinggal di pulau terpencil tersebut. Begitulah, ketika rombongan pembesar tersebut datang, pemuka adat pura-pura bertanya, siapa diantara mereka yang berhak menjadi raja. Ketika mereka menyebut salah satu dari mereka, pemuka adat lalu bertanya.
“tunggu dulu, apakah kalian mengenal pemuda ini?” tanya beliau sambil mengisyaratkan Bailungku untuk keluar dari persembunyiannya. Betapa terkejutnya para pembesar tersebut, melihat Bailungku yang masih segar bugar dan bisa datang mendahului mereka. Para pembesar itupun tidak bisa membantah, ketika ketua adat menyatakan bahwa yang berhak menjadi raja adalah Bailungku, bukan salah satu diantara mereka. Namun ketika mendengar keputusan ketua adat tersebut, Bailungku menyatakan keberatan untuk menjadi raja apabila para pembesar tersebut tidak rela. Kelihatannya para pembesar tersebut terlalu meremehkan Bailungku dan tidak rela dipimpin oleh Bailungku, maka diapun mohon diri untuk meninggalkan kerajaan teresebut.
Akhirnya Bailungku meninggalkan Banggai, dengan memakai sampan kecil dia menyusuri pantai (manisik) dan akhirnya dia merapat di dusun Salibantut. Setelah menambatkan perahunya, diapun kemudian berjalan ke arah barat. Setelah dia berjalan sekitar 3 kilometer dari pantai, ia pun tinggal di sebuah gunung yang mana tempat ini kemudian dikenal sebagai Bungkuko Pusaka. Dia amat dihormati penduduk di sekitarnya karena mereka percaya dia seorang yang amat sakti. Karena kepercayaan tersebut, orang-orang di kampung lain banyak yang sering mengunjunginya untuk meminta bantuan maupun petunjuk. Ketenarannya ini membuat para pembesar di Banggai menjadi khawatir kalah pengaruh,